Suatu kali, pernah langit membuka celahnya. Merelakan bebiji keteduhan lesat melintas
berjuta mereka tinggalkan semesta asal di mana
hangat tak membakar, terang tak menyilaukan, wangi tak menyesakkan
sedang semilir senantiasa menyusup rongga dada dan buluh belulang
Berabad bijibiji kembara. Meyusuri setiap lekuk langit,
mencecap asin, getir, manis dan pahit
memahami bahasa paling tinggi
menggenggam rahasiarahasia suci
Sebelum kemudian rebah di tengadah mega
yang berbisik lembut menahan mereka; Tinggallah sesaat lagi
hari masih terlalu dini. Tidakkah bijak sejenak menunggu tiba matahari?
“Bukan tak ingin berbagi. Pada kami, ada janji yang mesti digenapi
Sedang ada atau tiada matahari, terang selalu bersama kami...”
maka bersayap angin, bijbiji luruh dalam hening sejati
Menyentuh bumi,
cangkang bebiji retak rekah. Akar terjulur
merambat
meresap di setiap mimpi, meresapi setiap hati
berdaun
berbunga
berbuah
berbiak
hingga setiap tiba pagi
masih kita dengar suara; hidup betapa berarti
Bgr, 250212