Saturday, April 30

Melankoli Suatu Hari (3)


aku yang rindukan
menggamit jarimu sepanjang liku
jalanan dalam keriangan
bocah libur sekolah atau kesah
kelopak mawar yang rebah

lalu kita kan ributkan jemari mana
yang boleh tergenggam
Cukuplah kelingking dan jari manisku,” kataku
Aku ingin segenap jarimu,” ucapmu

kita berjalan
kelilingi taman atau memangkas lapangan
kerikil, debu, dan lumpur hitam
sesekali menepi;
          mengerat penat, membasuh peluh
          memahat hasrat kembara jauh
luruh
hari  buram perlahan
labuh
kelam menyadap rawan bulan;
          lunas sudah  sehari
          pulang, peraduan menanti

aku rindukan
pangku usap kepala
lembutmu raba kelopak mata
mengeja keriput di lingkar usia
menyesap detik sisa-sisa

di keningku, tinggal
gores pucuk jarimu kala merangkai aksara;
          Tak pernah ku tahu muara masa
          Kau terindah kupunya


Handayani, 300411

Melankoli Suatu Hari (2)



mematung kesap daunan
mendung, senyap, dan ingatan
selepas suamu

larik cahaya sisa
tempias mega jelaga
terbias rautmu

gerak mati; sesat kupu melayah sangsi
di satu pagi tak berangin





Handayani, 290411

Melankoli Suatu Hari (1)

rindu bincangmu;
kedai makan, gaun malam, cerita seru akhir pekan
pernikahan teman, renyah tawa keponakan
pernik batu, juga pola rajutan waktu
damai ternyata  begitu sederhana

rindu riangmu,
kabarkan racikan bumbu;
          “Pulang, kekasih  pulang
          untukmu jantung - hati kupanggang
          kubalur kecap, garam, dan goreng bawang
          kepul nasi di periuk
          pisang, jeruk  dan  kerupuk
          dadar jamur, goreng tempe, tumis kangkung
          senyum mentari senja lembayung
          telah juga kusiapkan
          segar sirup wangi pandan
          teduh kecup dan pelukan
          untukmu."

kini  terasa
hasrat tak hendak  berselang
menapak lekas ke jalan pulang



BDG, 150411