Bandung, 20 Agustus 2010
Darinya, tercipta Kerlipkata.
Sekadar kerlip, barangkali tak akan mampu memberi terang berlebih. Tapi ia ada, dan semoga bermakna.
Tak ada impian terlalu muluk pada kelahiran Kerlipkata. Bagi saya pribadi, cukuplah bila ‘ruang kecil’ ini menjadi salah satu langkah saya belajar mengakrabi hidup, meski sekecil apa pun langkah itu. Cukuplah bila segala yang ada di ruang ini menyemaikan kesanggupan untuk lebih mengenal diri sendiri – dengan segala kurang dan lebihnya - sebagai bagian lelaku menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Adapun bila segala yang ada di ‘ruang’ ini ternyata membawa kebaikan
bagi manusia lain, membawa kemaslahatan untuk hidup dan
kehidupan, maka saya akan menganggap itu sebagai
berkah yang tak ternilai. Bagaimanapun, harapan bahwa Kerlipkata akan membawa arti bagi sesama itu tentu ada, bahkan wajib ada, sebab rasanya tak
ada manusia yang tak berharap bisa memberi kebahagiaan ataupun kebaikan
bagi manusia lainnya. Kita ingat Nabi berkata, “Sebaik-baiknya
manusia adalah yang paling memberi guna bagi sesamanya”. Meskipun – tentu saja –
saya belum terlalu gila, bahkan dengan standar paling ge-er sekali pun, untuk meyakini bahwa segala yang di ruang ini memenuhi syarat untuk hal-hal mulia semacam itu.
Saya percaya, manusia terlahir untuk saling menyapa dalam upaya
bersama menjadi lebih sempurna di mata manusia dan - terutama - di mata Sang Maha Pencipta. Saling mengingatkan, saling menguatkan, berdasar pada jujur dan kesanggupan menghargai liyan. Dengan begitu kebaikan dan kebahagiaan (sendiri maupun bersama) lebih
mungkin diwujudkan.
Bagaimanapun, ‘ruang’ ini sekadar upaya
manusia menjelajahi tepi-tepi kemampuan dalam keterbatasan hidupnya. Dan
sejauh menyangkut ‘hidup manusia’, ketidaksempurnaan adalah kodrat yang
tak terelakkan. Karenanya pendapat, saran, juga kritik menjadi hal
yang selalu saya harapkan.
Sejatinya, tak pernah sedikit pun berniat menyakiti, menyinggung, atau merugikan orang lain. Karenanya hanya permohonan maaf setulusnya, bila segala yang ada di ‘ruang’ ini, kini dan nanti – ternyata – melahirkan ketersinggungan dan sakit hati. Saya percaya, ketulusan dan keluasan hati manusia selalu melebihi semua yang ada. Semoga, selalu begitulah kiranya…
Sejatinya, tak pernah sedikit pun berniat menyakiti, menyinggung, atau merugikan orang lain. Karenanya hanya permohonan maaf setulusnya, bila segala yang ada di ‘ruang’ ini, kini dan nanti – ternyata – melahirkan ketersinggungan dan sakit hati. Saya percaya, ketulusan dan keluasan hati manusia selalu melebihi semua yang ada. Semoga, selalu begitulah kiranya…
Salam….
Wans