Malam. Diam kita sama menapak di
aspal mati. Angin tiba. Menyisir
dinding-dinding setepi jalan.
Gemetar batang pohon dan daunan.
Inilah kita. Jumpa di tengah kembara;
tanpa kompas, tanpa
peta. Tak pasti. Mungkin yang
terakhir kali. Sebab nasib berayun di detak
jarum. Sering tak berjarak baris
tangis dan ulas senyum.
Jalanan mulai sepi. Bibir pantai tak
jauh lagi. Seekor
anjing melintas berburu belulang
sisa. Sepasang manusia melintas memburu sisa
cerita.
Di warung tenda, langkah kita
terhenti. Menambat lelah di kursi
kayu, lenganmu menyandar di meja
beku. Dua pengamen sumbang mengeja lirik lagu.
Memandangmu; memaknai segala yang
dipersembahkan waktu. Sedang
remang lampu berkerlip. Berayun
pasrah, seperti lelah; berapa kali, sebelum akhirnya
mati?
Kupesan minuman. Sekadar camilan.
Kemudian untai kata. Sesekali
gelak tawa. Sesekali larik luka di
mata. Ada yang luruh di sini. Mengiring malam
pesat meninggi.
Ujung Hari, 02-0314