Tentang Wans


Yang masih  belajar mengakrabi hidup beserta  garisnya. Percaya bahwa manusia dan kemanusiaan selalu berharga. Berharap bahwa usia yang ada tak berakhir sebagai sia-sia. 

Sejujurnya, buat saya,  bukan hal yang terasa terlalu penting berbincang tentang diri (saya) di ruang kecil ini. Boleh saja anda berpikir bahwa kecenderungan itu berakar dari rasa tak yakin atau malah semacam minder. Tapi - sebenarnya - kalaulah boleh menyebut pertimbangan pribadi, pada dasarnya  saya menganggap (dan berharap) bahwa segala tentang 'diri' ini menjadi sesuatu yang bisa agak kita abaikan dibandingkan apa yang saya tulis. Saya lebih berharap kita belajar bersepakat dengan ajaran lama; "Bukan terutama siapa dia, tapi perhatikan apa yang disampaikannya". 

Namun dalam bebrayan besar manusia, bahkan bila itu di 'dunia  maya' sekalipun, tak pernah ada laku tanpa pertanggungjawaban. Selalu ada konsekuensi dari sikap dan tindakan, baik itu lisan maupun tulisan. Sementara kita sama-sama mengetahui bahwa sebuah pertanggungjawaban senantiasa menuntut adanya subjek yang bisa didefinisikan. Karenanya pencantuman nama ataupun 'wajah' menjadi sebuah kesemestian. 
Maka ada baiknya di ruang kecil ini pun saya penuhi kesemestian itu; memperkenalkan diri. Bukan sebentuk kekenesan, apalagi pemenuhan naluri narsisme, tapi terutama sebagai upaya membangun keakraban.
Saya lahir di sebuah kota kecil yang seperti tak akrab dengan penghujan; Rembang, salah satu kota kabupaten di pesisir utara Jawa Tengah. Tuhan - melalui  orang tua - menyematkan nama yang hanya satu kata; Setyawan. Biasa dipanggil Wawan atau Wans
Saat ini tinggal di Manokwari, Papua Barat, sebagai pekerja di salah satu kantor milik negara. Sebelumnya pernah juga merasakan hidup di Yogyakarta, Purwokerto, Surabaya, Jakarta, dan Bandung - meski kadang untuk waktu yang tak terlalu lama untuk ukuran "bermukim". Esok atau lusa, tahun-tahun yang akan datang - bila usia panjang - masih sangat mungkin daftar kota itu bertambah. Masih akan berubah, berkembang, seturut hidup saya.
Saya percaya bahwa kata dan suara akan lebih mudah bergema di hati mereka yang terbuka. Sementara keterbukaan menuntut rasa akrab dan kepercayaan. Saya berharap tulisan singkat ini menjadi semacam benih yang menumbuhkan keduanya.

Salam...
Wans