Sunday, September 26

Dalam Menanti


Sembari menunggu detik yang dijanjikan
kusadap manis
senyummu leleh di tiris gerimis
tak letih menari, anak-anak hujan itu
memercik menampar dahan
melenting di punggung jalan
membaur dalam genang
air yang membasah hari
menuntun pada kenang
bening matamu nyeri

Senja kesekian
sejak penghabisan ucap selamat jalan
sedang rindu tak juga reda
pada hangat dekap, pada renyah tawa
coba beri tahu aku
masihkah lama detik itu?



Bdg, 260910

Saturday, September 18

Biarlah Sama Menunggu


Kembali jejaki kotamu
sedang bulan beku di tubir langitku
seperti pesanmu, telah kusiapkan
seikat mawar, segenggam pasir dan kulit lokan
juga sejumput kabut dan wangi pandan
ingat aku
pinta kau sampaikan sebelum keberangkatan
penghias peraduan, bisikmu
kutatap tinggal sekerat
bulan pucat

Nanti
bila bulan telah benar benam
dan detik melirih dentam
itulah waktu janji ketemu

Kini,
biarlah sama menunggu


Bdg-Jkt, 180919

Sunday, September 12

Selepasmu


I
Selepasmu,
bayang berpijaran sesaki relungku
selincah gerimis menguyup senja
di kota ini
tak mati mati

Tak lagi kugebah
seribu tengkar mendedah kalah
barangkali memang mesti akrabi
ronamu, di hati
tak mati mati

II
Percumbuan begitu singkat
hangatmu mengendap sarat
maka masih
di sini, memintal
wangi yang tinggal
saat bayangmu lintas
di tembok-tembok sunyi
beku jeruji pagar besi
juga basah lelumut jalanan tepi
menggigil, pasi 
sepanjang Surapati


 
                            (Surapati,  hari-hari selepasmu)