Wednesday, July 1

Ode #2



Mbok,
Barangkali karena desis gerimis
Malas angin  merayap di kedap tirap
Atau lantun firman agung menyusup lentur
Menyingkap tudung-tudung jelaga
Terasa  kini tanganmu. Akrab mengusap kepala
Membalurkan doa. Seperti dulu biasa
Saat larut mengantar lelap
Di rapuh hari-hari remaja                                                                                                         

Rindu takzimku tersimpuh
Kutahu betapa rombeng
Kain yang kutenun ini
Kusut benang kurajut dan kuurai kembali
Tak pernah pantas
Bahkan menjadi pembasuh kaki

Perempuan
Yang dihidupkan debu jalan
Bilakah langit menjuntai hujan?
Telah sejuta telapak kaki
Bertabur di kelok kota yang renta
Leleh keringat. Sengal nafas
Menggayut di tembok tembok retak terkelupas
Berapa lagi jarak mesti dilintasi?

Detik berarak lalu
Hari-hari bebatu ungu
Menimbun riwayat di guyah langkah
Mengukir gurat di kening dan wajah
Pucat rambut. Membiak keriput
Berangsur sadar remang menyambut
Sedang senyum tak hendak tanggal
Setia.  Menantang hari terbakar
Mengeja harap di malam-malam gemetar
Demi bocah lelaki
Yang hanya mengerti mengguratkan nyeri

Tak terasa. Hidup telah sekian masa
Bersilang warna serupa perca
Dan selalu  munajatmu
Telaga bagi kembara letih
Terngiang di batin kau bisiki;
Untukmu, anakku
Selalu ada yang berharga di antara sengit hari

Ramadhan, Penghujung Juni 2015