Sunday, July 20

Footnote




Teringat kata para saudara, dulu sekali, saat sesekali masih menyempatkan bermain di hutan atau sekali waktu terseret arus semangat mereka melakukan pendakian:

“Saat jalanan terasa menanjak, tak perlu terlalu sering menatap puncak – titik tujuan itu. Puncak takkan beranjak, terlalu sering menatapnya akan membuatmu terlanjur letih berpikir tentang jarak. Cukuplah menapak wajar semampumu, kepala runduk lumrah, membagi beban selaras badan,sabar dan mawas di setiap langkah; begitulah.. maka pendakian akan terasa lebih mudah.

Sesekali istirahatlah. Berhenti sejenak. Sempatkan menikmati panorama, menikmati gemercik air kali, atau kembang-kembang, atau burung-burung yang melintas sesekali.

Atau menghirup sepuasnya kesegaran udara, atau merayakan keindahan-keindahan kecil yang kita temui di sepanjang perjalanan kita; percaya saja, semua itu akan memperkaya kita.

Tapi jangan berhenti terlalu lama. Jangan melupakan tujuan semula. Segeralah kembali melangkah. Tanggalkan semua yang hanya menambah beban. Tinggalkan yang memang semestinya ditinggalkan. Jalan masih tersisa panjang, dan malas begitu gampang datang. Hari selalu memiliki batasnya, sedang cuaca tak pernah bisa diterka.”



Mkw, 180714