Thursday, November 17

Senja


Selalu terasa getar yang asing, kala sendiri menatap luluh matahari; sebuah antara, di mana terang kan segera sirna, sebuah alih dari warna menjadi pekat jelaga.

Ada hening, takjub, khusuk, memandang semburat tembaga langitnya, menikmati teduh gerak udaranya. Membuat diri merasa jadi bagian sesuatu yang tak sepenuhnya terpahami. 

Ada juga rasa sia-sia, terpisah, menjauh; tak tersentuh. Selarik ngilu, mungkin haru, menyadari kembali sehari lalu bukan lagi milikku.

Semesta muram seiring pijar yang padam. Sementara di hati, rongga tercipta diam-diam. Mungkin karena setiap senja selalu menegaskan adanya batas. Sebuah retakan yang memupus kesempurnaan; sebuah ujung dari semarak petualangan.

Lalu kita pun belajar mengerti; selalu ada sebuah tepi yang mustahil terlampaui.
 


Bdg, 161111

No comments:

Post a Comment