Wednesday, September 19

Gurat 01


Ada waktunya, ingatan mesti direbahkan. Kenang didamaikan meski dalam perih diamdiam. Dan kita dipaksa mengakui segala yang selayaknya diakui, merengkuh kenyataan yang takkan pernah terhindari; mengakrabi takdir, meski getir. Konon, begitu kehidupan mendidik kita, jadi dewasa di genggam-Nya. Tapi tak di saat ini, di tempat ini.

Ada yang mesti kita relakan hanyut seturut kecipak waktu. Terlarung bagai guguran daun terapung menuju entah. Belajar melepaskan tuk mendapatkan. Melebur tuk menemukan. Tapi ternyata tak pernah sederhana, terlebih untuk segala tentangmu. Tak saat ini, di tempat ini.

Terlanjur terbiasa regam jemari hangat, tawa memendar relung nadi sepanjang hayat. Tembok tua dan bangku kayu, menggigil rindu wangi tubuhmu.

Detik tanggal, angin suruk terdampar; meraba kusam jendela, meraba rasa dalam asing sempurna. Senyap tiba. Sementara benam matahari hanya penegas benderang dan pekat betapa rekatnya.

Kini lengkap sudah temaram. Lampulampu mulai dinyalakan, penat disandarkan. Sedang kisah purba di jantung berlintasan. Maka meski sejenak, hanya ingin sejenak, ijinkan kembali embun rekah di mata. Sebelum terbit pagi pertama, dan jejakjejak baru menunggu dicipta.

Pwt-Bdg, 160912

No comments:

Post a Comment