Friday, September 21

Unggun


Lagi kita di sini, meriung melingkar di terang api. Dipertautkan hasrat, mungkin juga cita dan mimpi. Atau sekadar ketakutan masing-masing pada sepi… ?
“Hanya di sini, aku tak pernah merasa benar-benar sendiri,” katamu
Sedang aku hanya bisa membisu; seperti yang lalu, terpukau manik matamu.

Resah angin merambati daun. Sehelai jatuh di pangkuan. Kabut turun meluruhkan embun. Embun kesekian, dalam rentang perjalanan. 
Bertahun sudah, apa yang berubah?

Basah rumputan dikilau cahaya; basah kita di naung langitnya. Memucat kulit kita, menahan gigil udara. Sementara sesekali suara; titik air yang hilang rupa. Malam telah benar larut…

Dan kembali kisah terbaca. Kisah lama yang tak tuntas terselami. Belum barangkali.
“Apa yang buatmu kembali?” tanyamu
Entahlah, mungkin kepercayaan pada hati …

Tanpa kata, kemudian kau tarik aku, bergeser merapat ke nyala bara. Api itu sempurna menunaikan tugasnya. Melumat ranting dan dahan; mencipta terang, ikhtiar menghalau beku yang datang. Kacau emas liuknya; menari bayangan kita.

Kutatap parasmu. Tak lama. Tempias api unggun di mata. Perlahan pandang bertaut dalam harap dan doa; selintas usia, semoga tak raib dalam perih dan hampa semata.

Tersenyum kita; entah untuk apa, entah untuk rasa yang mana. Hanya perlahan kurasa hangat merambat di dada.


Baturraden, 150912

No comments:

Post a Comment