Wednesday, October 27

Angel



Malam merayap, dan kembali tiada kawan bercakap. Malam kedua, sekaligus malam terakhir di kota ini. Nanti pagi mesti kembali. Melihat jam di sudut layar; 01.10…!! Sedang belum ada tanda-tanda kantuk. Tampaknya akan cukup lama waktu hingga bisa terlelap. Hhmmm… begadang lagi, nih

Tak terdengar cakap manusia, atau tawa satu dua dari kamar-kamar lain sebagaimana malam kemarin. Rombongan atlet sepeda itu telah berangkat pagi hari tadi (berarti sudah harus disebut ‘kemarin’), sekaligus mengangkut semua keriuhan dari tempat ini. Hanya sesekali terdengar lengking kereta. Kebetulan memang tak terlalu jauh dari stasiun.

Kuedarkan pandang. Beberapa meja, kursi, TV, lemari, sofa, cermin-cermin, dan dua tempat tidur. Sangat lengkap, tapi tetap saja tak ada yang bisa kuajak berbagi penat.  Kembali kuperhatikan kamar ini. Kupikir memang terlalu besar untuk ditinggali seorang diri. Mempertegas perasaan terpencil, sepi, sendiri.

Ya, selamanya perasaan sepi dan sendiri selalu merupakan aniaya. Meski sepenuhnya sadar bahwa justru sendiri itulah sejatinya manusia. “Nikmati, belajar menikmati …,” dalam hati mencoba menenangkan diri. 

Spend all your time waiting
For that second chance
For a break that would make it okay… 

Bening suara McLachlan*) menggetarkan ‘Angel’ di dinding-dinding kamar. Menciptakan kegelisahan yang aneh, tak terjelaskan. Entah sudah kali yang keberapa lagu itu terputar ulang. Winamp di laptop memang kunyalakan dengan mode repeat track.

Membayangkan seandainya keadaanku saat ini sebagai penggalan sebuah film, kupikir  lagu itulah yang paling memenuhi syarat sebagai soundtrack.  Sempurna… Tanpa sadar tersenyum. Lucu juga seandainya bisa melihat diri sendiri seperti melihat film.

Mungkin harus menunggu lepasnya roh dari tubuh untuk dapat mengalami hal sejenis itu. Kata orang, saat jiwa meninggalkan badan, kita akan melihat tubuh sendiri dengan sepenuh kesadaran. Entah benar, entah tidak.
Ah, mengapa harus menunggu saat itu. Bukankah di kamar ini ada cermin besar seukuran pintu? Bisalah itu kugunakan sekadar melihat ‘diriku’ dengan cara yang lebih menarik, daripada hanya membayangkan.

Mendekati cermin, sosokku hadir. Seperti berada di dua alam, dipisahkan tabir gaib yang tak terjelaskan. Aku merapat ke bayanganku, atau bayanganku yang mendekatiku? Yang jelas kami berdiri dekat, begitu dekat, saling menatap. Sosokku tersenyum di cermin, sedang hati berkata, inilah kamu sekarang.
Tubuh masih yang dulu juga. Masih tampak sama, meski terasa ada yang tak lagi sama. Tulang pipi terlihat semakin nyata. Keriput menjadi jejak usia. Usia dan waktu, siapa yang mampu melawanmu?

Memikirkan keperkasaan waktu, seraut wajah hadir memenuhi hati dan ingatanku. Sesak tak tertanggungkan… 

I need some distraction
Oh beautiful release
Memories seep from my veins
Let me be empty
Oh and weightless and maybe
I'll find some peace tonight 

Mungkin perlu sekadar udara segar. Kubantah pikiran sendiri, tidakkah terlalu bodoh mencari ‘udara segar’ di tengah kota seperti ini? Ide yang tak masuk akal. Ah, tak penting juga dipikirkan, yang jelas ingin sejenak keluar kamar.

Kubuka pintu, halaman begitu sepi hingga dapat kudengar kersik daun jatuh. Malam terasa hangat padahal langit mendung. Apa karena ini kota pesisir?

Melangkah, tak bertemu seorang juga. Kemana para pegawai atau penjaga? Benar-benar tak ada seorang pun. Atau memang biasanya juga seperti ini?
Sampai ke gerbang, jalanan lengang. Satu dua warung lesehan agak di kejauhan mulai menggulung tenda tanpa banyak keriuhan. Sudah terlalu larut. “Apa yang kau cari? Apa yang kau cari? Di sini, tak ada sesuat yang bisa kau temui” kataku dalam hati. Murung dan tawar, langkah kuarahkan kembali ke kamar.

Kubuka pintu, kumasuki kamarku. Kembali ‘Malaikat’ itu hadir menyapaku… 

In the arms of the angel
Fly away from here
From this dark cold hotel room
And the endlessness that you fear

You are pulled from the wreckage
Of your silent reverie
You're in the arms of the angel
May you find some comfort here…

(Cirebon, 271010 – Awal hari)


*)  Sarah McLachlan

No comments:

Post a Comment